Layang-Layang
Beberapa waktu lalu saat musim layangan tiba di Wonosobo, saya menemani anak saya Ivo Lvito bermain layang-layang dengan papanya…Sungguh mengasyikkan melihat keduanya bermain. Ivo terlihat sangat antusias. Menerbangkan layang-layang adalah sesuatu yang baru baginya. Ivo suka-suka bergaya dalam memainkan layang-layang.
Ia terkadang histeris ketika layang-layang mulai tidak dapat angin, “Papa…layang …tulun…layang…Papa”. Benangpun beralih ke papanya. Dengan ketrampilan papanya, layang-layang itu naik kembali. Ivo terlihat senang kalau layang-layang sudah tinggi lagi. Ketika ditinggal sebentar papanya untuk minum, ia melepaskan kaleng dan benang layang-layang, padahal angin sedang bertiup kencang. Akhirnya kaleng dan benangnya melayang dan tersangkut di kabel listrik. Selesai sudah acara bermain layang-layangnya.
Tapi apa nilai tambah yang bisa kita petik dari bermain layang-layang, pikir saya….
Beberapa waktu kemudian saya menemukan artikel/ renungan tentang layang-layang yang bisa kita simak di bawah ini:
……………………………………………
Di suatu sore, tampak beberapa anak sedang bermain layang-layang.
Salah satu layang-layang berkata dalam hatinya,”Aku kesal. Aku mau terbang setinggi-tingginya tanpa ada yang menahan, tapi kenapa aku harus diikat dengan benang? Aku jadi tidak bisa terbang dengan bebas! ”
Angin pun lalu bertiup kencang, lalu layang-layang tersebut berkata,”Ah, anginnya kencang. Aku akan mendekati layangan lain, supaya benangku bisa putus dan aku dapat terbang tinggi! ”
Maka dengan dorongan angin, si layang-layang pun berusaha mendekati layangan lain dan membiarkan benangnya bergesekan dengan benang mereka. Sesaat kemudian, benangnya putus!
“Akhirnya putus juga! Sekarang aku bisa terbang semauku dan naik tinggi sesukaku! ” kata layang-layang tersebut dengan gembira
Tapi kemudian, apa yang terjadi?
“Lho?!? Kenapa ini? Kok aku jatuh?” kata layang-
layang tersebut dengan herannya.
“Krosak! ” Layang2 itu jatuh dan tersangkut di atas pepohonan
“Ah, aku tersangkut! Kenapa begini? Bukannya terbang tinggi, aku malah tersangkut di pepohonan. ” kata si layang-layang sedih
“Sekarang aku tahu“, lanjut si layang-layang,”Justru karena aku terikat benang, aku bisa tetap melayang di udara. Ternyata benang itu yang membuat aku bisa tetap terbang.”
sebuah metafora yang sangat reflektif. Dan setiap orang pasti punya benang, tinggal bagaimana menyadari keberadaan benang tsb.
Ivo sudah kenal dan menerbangkan layang-layang dari umur 2 tahun. Persis sama dengan umur papanya mulai kenal layang-layang saat masih tinggal di Batang.
Ya. Tuhan itu seperti sebuah asuransi oto, kita nggak bakal bingung atau kawatir dengan kondisi mobil. mau ditabrak atau nabrak, ga bakal bingung ngurusin penyoknya. sudah ada yang ngasih garansi…